








Merah Putih: One for All Kena Kritik Keras Hanung Bramantyo, Ini 7 Fakta yang Wajib Diketahui
DB KLIK - Film Merah Putih: One for All mendadak jadi sorotan publik tanah air menjelang penayangannya pada, Kamis 14 Agustus 2025.
Trailer yang dirilis di laman media sosialnya pun mendapat tanggapan beragam, mulai dari kritik tajam terhadap animasinya hingga pertanyaan seputar proses produksinya.
Tidak hanya warganet, film ini juga menarik perhatian sutradara ternama Indonesia, Hanung Bramantyo, yang turut memberikan kritiknya.
Komentar pedas dari sutradara kawakan ini memicu perdebatan sengit di media sosial, membuat banyak orang penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di balik layar.
Kritik tersebut tidak hanya menjadi perbincangan, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar mengenai kualitas dan relevansi film tersebut di tengah industri film Indonesia.
Menjadi perbincangan hangat di media sosial, lantas apa saja 7 fakta yang wajib diketahui dari Film Merah Putih: One for All? Berikut ulasan selengkapnya yang dilansir dari Kompas.com.
1. Sinopsis film Merah Putih: One For All
Menilik trailer Film Merah Putih: One For All mengisahkan delapan anak dari berbagai daerah yang tergabung dalam "Tim Merah Putih".
Baca juga : Only God Knows Everything: Film Thriller Misteri Terbaru Shin Seung Ho, Cek Sinopsis & Jadwal Tayangnya
Tiga hari sebelum upacara kemerdekaan 17 Agustus, mereka berjuang mencari bendera pusaka yang hilang. Karakter anak-anak dalam film ini mewakili latar budaya Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan Tionghoa.
2. Kualitas Animasi Trailer Disorot
Namun, trailer Merah Putih: One For All yang dirilis pertama kali oleh Perfiki Kreasindo melalui akun YouTube Perfiki TV langsung jadi sorotan.
Dalam waktu singkat, potongan video ini menyebar luas di media sosial, memicu diskusi panjang di kolom komentar. Banyak warganet membandingkan visual film ini dengan standar animasi lokal terkini.
Dilansir dari Kompas.com, Selasa (12/8/2025), banyak penonton menilai animasinya terlihat kaku dan jauh tertinggal dibanding film animasi populer lain seperti Jumbo (2025).
Unggahan di platform media sosial memuat cuplikan trailer ini disertai kritik langsung dari penonton yang kecewa. Kritik ini muncul tidak hanya dari segi teknis, tetapi juga ekspektasi publik terhadap film animasi nasional menjelang momen besar seperti HUT ke-80 RI.
Publik berharap kualitas visual dan teknis bisa sepadan dengan tema kebangsaan yang diangkat.
3. Hanung Bramantyo turut mengkritik pedas
Salah satu komentar yang paling banyak disorot datang dari sutradara Hanung Bramantyo.
Melalui Instagram Story, Hanung mempertanyakan proses film ini mendapatkan tanggal tayang pada bulan Agustus, di tengah ketatnya antrean film nasional.
"Terus kenapa harus buru-buru tayang? Ironisnya kok bisa dapat tanggal tayang di tengah 200 judul film Indonesia ngantre tayang?" tulis Hanung.
Selain mempertanyakan jadwal tayang, Hanung juga menyentil kualitas yang dinilai kurang matang.
Komentar ini menambah sorotan publik, mengingat Hanung adalah salah satu sutradara ternama di Indonesia dengan pengalaman panjang di industri film.
4. Bagaimana standar biaya produksi film animasi?
Kemudian, Hanung Bramantyo turut membandingkan biaya produksi Merah Putih: One For All dengan standar industri animasi.
Menurutnya, produksi animasi berkualitas membutuhkan anggaran yang jauh lebih besar.
"FYI, budget pembuatan film animasi minimal di 30-40M di luar promosi. Dan dikerjakan dalam jangka waktu 4-5 tahun," tulis Hanung di akun Threads miliknya, dikutip pada Selasa (12/8/2025).
Ia menambahkan, dengan biaya di bawah Rp 7 miliar, hasil yang dicapai kemungkinan tidak akan maksimal.
"Biaya produksi yang hanya Rp 6 miliar hanya sampai tingkat kumpulan storyboard berwarna yang digerakkan sebagai panduan animator," jelasnya.
5. Biaya produksi Merah Putih: One For All
Film animasi ini disebut menghabiskan biaya produksi hingga Rp 6,7 miliar. Jumlah ini terungkap bersamaan dengan informasi bahwa proses pengerjaannya berlangsung sangat singkat, yakni kurang dari dua bulan.
Durasi yang singkat memunculkan dugaan bahwa proyek ini dikebut untuk tayang bertepatan dengan perayaan HUT ke-80 RI pada 17 Agustus 2025.
Baca juga : Siapa Ryan Adriandhy? Sosok di Balik Film Animasi Jumbo yang Kini Jadi Sorotan
Hal ini menjadi salah satu poin yang paling banyak dibicarakan oleh publik dan pelaku industri.
Produser dan tim kreatif belum memberikan penjelasan rinci soal alasan pemilihan jadwal tayang yang berdekatan dengan momen kemerdekaan, meskipun mereka sudah merilis trailer jauh sebelum tanggal rilis.
6. Produser Merah Putih: One For All memberikan tanggapan
Toto Soegriwo, produser Merah Putih: One For All, memilih merespons kritik dengan nada sarkas melalui akun Instagram pribadinya.
"Senyumin aja. Komentator lebih pandai dari pemain. Banyak yang mengambil manfaat juga kan? Postingan kalian jadi viral kan?" tulisnya.
Unggahan ini memancing reaksi beragam dari warganet.
Sebagian menilai tanggapan tersebut sebagai bentuk percaya diri, sementara yang lain menganggapnya sebagai reaksi defensif terhadap kritik yang berkembang.
Pernyataan Toto juga menggarisbawahi bahwa viralnya film ini, meskipun karena kritik, tetap membawa keuntungan dari sisi promosi.
7. Kemenkraf bantah membiayai film ini
Dugaan pendanaan pemerintah untuk Merah Putih: One For All muncul setelah publik menyoroti anggaran produksi dan momen penayangannya.
Menanggapi hal ini, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar memberikan klarifikasi terbuka.
"Namun kami tidak memberikan bantuan financial dan tidak memberikan fasilitas promosi," tegas Irene melalui unggahan di akun Instagram pribadinya.
Ia menjelaskan, audiensi dengan tim produksi memang pernah dilakukan, tetapi sebatas memberi masukan teknis terkait cerita, karakter, dan trailer.
Lebih lanjut, Irene menekankan bahwa pertemuan seperti itu adalah hal biasa dalam mendukung insan kreatif.
KESIMPULAN
Kritik yang dilontarkan oleh Hanung Bramantyo terhadap film "Merah Putih: One for All" telah membuka mata banyak pihak tentang tantangan yang dihadapi industri film Indonesia. Namun, kontroversi ini juga membuktikan bahwa film memiliki kekuatan untuk memicu dialog dan diskusi yang konstruktif di masyarakat.
DB Klik - Toko Komputer Surabaya yang terpercaya di Indonesia. Menjual berbagai macam kebutuhan elektronik yang lengkap seperti laptop, gadget, gaming, lifestyle, dan aksesoris. Belanja kebutuhan elektronik yang lengkap dan hemat langsung melalui Website DB Klik, Dijamin Berkualitas.