DB KLIK - Mengenal apa itu Crimetainment yang mendadak viral setelah penayangan film Vina: Sebelum 7 Hari beberapa waktu lalu.
Film Vina: Sebelum 7 Hari ini dianggap menjadi pemicu munculnya kembali ingatan publik tentang kisah nyata pada tahun 2016 lalu yang dialami Vina Dewi Arsita dan sang kekasih.
Tidak sampai disitu, buntut film tersebut polisi berhasil mnangkap Pegi Perong salah satu pelaku dari tiga buronan baru-baru ini.
Meski cerita yang disajikan dalam film tersebut menimbulkan pro dan kontra, namun film yang dibintangi Nayla Permata ini berhasil memicu kembali perhatian publik terhadap kasus yang belum sepenuhnya terungkap.
Dengan penggarapan yang intens dan adegan-adegan kontroversial, film ini menggambarkan dinamika dan kompleksitas kasus tersebut.
Lantas apa itu Crimetainment?
Film "Vina: Sebelum 7 Hari" adalah contoh nyata dari crimetainment di Indonesia. Crimetainment adalah perpaduan dari "crime" dan "entertainment," menggambarkan tren media yang memadukan elemen kriminalitas dengan hiburan.
Baca juga : FAKTA-FAKTA Film Vina: Sebelum 7 Hari yang Tayang di Bioskop, Kisah Nyata dan Pembunuhan Keji Geng Motor
Fenomena ini sering terlihat dalam film, serial televisi, dan dokumenter yang mengangkat kasus kriminal nyata dengan pendekatan dramatis dan menarik perhatian publik.
Crimetainment memiliki daya tarik tersendiri karena menggabungkan rasa ingin tahu, adrenalin, dan empati penonton terhadap korban serta pelaku kejahatan. Selain itu, Crimetainment juga memiliki dampak ganda terhadap penegakan hukum.
Di satu sisi, film seperti "Vina: Sebelum 7 Hari" dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kasus-kasus kriminal yang belum terselesaikan dan mendorong aparat penegak hukum untuk bertindak lebih cepat dan tegas.
Film ini telah berhasil menarik perhatian kembali pada kasus pembunuhan Vina dan mendorong penyelidikan lebih lanjut terhadap tiga pelaku yang masih buron.
Namun, disisi lain, crimetainment juga dapat memunculkan risiko eksploitasi tragedi pribadi untuk tujuan komersial.
Adegan-adegan kekerasan dan pemerkosaan dalam film ini misalnya, menuai kritik karena dianggap tidak sensitif terhadap keluarga korban dan berpotensi mengeksploitasi penderitaan mereka demi rating dan keuntungan finansial.
Tinjauan "Cultural Studies"
Melansir Kompas, Cultural studies merupakan pendekatan interdisipliner yang mempelajari bagaimana budaya memengaruhi dan membentuk masyarakat.
Pendekatan ini mempertimbangkan berbagai aspek seperti identitas, kekuasaan, ideologi, dan representasi. Pertama, Representasi dan Ideologi.
Crimetainment sering kali menyoroti bagaimana kasus kriminal direpresentasikan dalam media.
Dalam film "Vina: Sebelum 7 Hari," representasi Vina sebagai korban dan para pelaku kejahatan menjadi pusat perhatian.
Film ini tidak hanya menyajikan kisah kriminal, tetapi juga membentuk cara pandang masyarakat terhadap korban dan pelaku.
Dalam perspektif cultural studies, penting untuk mengeksplorasi bagaimana film ini mengkonstruksi identitas korban dan pelaku, serta ideologi apa yang disebarkan melalui representasi tersebut.
Lantas apakah film ini memperkuat stereotip tertentu atau membuka ruang untuk diskusi yang lebih kritis tentang keadilan dan korban kekerasan?
Kedua, Komodifikasi Tragedi. Salah satu kritik utama terhadap crimetainment adalah komodifikasi tragedi, di mana penderitaan individu atau kelompok diubah menjadi produk komersial untuk konsumsi publik.
Dalam kasus "Vina: Sebelum 7 Hari," kisah tragis Vina Dewi Arsita diangkat ke layar lebar dan dikemas sedemikian rupa untuk menarik minat penonton.
Cultural studies menyoroti bagaimana praktik ini tidak hanya menghasilkan keuntungan finansial, tetapi juga memengaruhi cara masyarakat memahami dan merespons tragedi.
Komodifikasi semacam ini dapat menimbulkan pertanyaan etis tentang sensitivitas terhadap keluarga korban dan implikasi moral dari mengkomersialisasi penderitaan seseorang.
Ketiga, Kekuasaan dan Pengaruh Media. Media memiliki kekuatan besar dalam membentuk opini publik dan memengaruhi tindakan sosial.
Crimetainment, melalui film seperti "Vina: Sebelum 7 Hari," dapat meningkatkan kesadaran publik tentang kasus kriminal tertentu dan mendorong tindakan lebih lanjut dari penegak hukum.
Film ini memperkuat adagium "No Viral No Justice".
Baca Juga : Pengakuan Saka Tatal Usai Hirup Udara Bebas: Ada Dalang Dibalik Kasus Vina Cirebon?
Pengungkapan kasus hukum akan lebih efektif, jika jadi bahan percakapan media, khususnya media sosial.
Namun, kekuatan ini juga datang dengan tanggung jawab untuk menyajikan informasi secara akurat dan etis.
Analisis cultural studies menyoroti bagaimana kekuasaan media digunakan untuk membentuk narasi dan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi tindakan kolektif dan individu.
Dalam konteks film ini, penting untuk mengevaluasi sejauh mana representasi kasus Vina mendorong penegakan hukum yang lebih efektif versus sejauh mana ia hanya menambah popularitas dan keuntungan komersial.
Secara keseluruhan, dampak sosial dan budaya dari crimetainment melalui film "Vina: Sebelum 7 Hari" sangat signifikan.
Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga berfungsi sebagai alat edukasi dan advokasi yang dapat mempengaruhi persepsi, nilai, dan norma sosial tentang keadilan, kekerasan seksual, dan hak-hak korban.
Dengan meningkatkan kesadaran publik dan mendorong perubahan sosial, crimetainment memiliki potensi untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Namun, penting untuk memastikan bahwa eksploitasi tragedi pribadi demi keuntungan komersial diminimalkan, dan bahwa representasi yang disajikan dalam film-film ini dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan sensitivitas.
DB Klik - Toko Komputer Surabaya yang terpercaya di Indonesia. Menjual berbagai macam kebutuhan elektronik yang lengkap seperti laptop, gadget, gaming, lifestyle, dan aksesoris. Belanja kebutuhan elektronik yang lengkap dan hemat langsung melalui Website DB Klik, Dijamin Berkualitas.
Ikuti media sosial DB Klik untuk mendapatkan berita terbaru, diskon, promo, dan event menarik lainnya dari kami.
Join sebagai subscriber email di DB Klik untuk mendapatkan info kupon diskon.