DB KLIK - Industri hiburan Indonesia kembali diramaikan dengan proyek remake film Korea populer, "A Business Proposal".
Namun, alih-alih meraih kesuksesan, film ini justru menuai kontroversi dan menjadi bumerang bagi proyek remake itu sendiri.
Hal ini bisa jadi pembelajaran berharga bagi para produser yang berniat membuat ulang film alias remake atau mengadaptasi sebuah film terkenal.
Apalagi, bila film yang memiliki penggemar besar dan paham akan budaya di negeri asal karya itu, seperti Korea Selatan.
Film A Business Proposal yang digarap oleh Falcon Pictures dan dibintangi Ariel Tatum serta Abidzar Al-Ghifari menjadi bulan-bulanan para penggemar konten asal Korea Selatan tersebut.
Hal itu lantaran kontroversi yang dilakukan Abidzar selaku pemeran utama pria yang dianggap menyinggung serta arogan terhadap para penggemar kisah A Business Proposal.
"Produser sebaiknya ketika mencoba untuk membuat karya yang tujuannya adalah ekonomi, orientasinya untuk untung, mesti melihat bagaimana kondisi penonton di lapangan," kata Satrio Pepo Pamungkas dikutip dari CNN, Rabu (12/2/2025).
Akademisi film yang juga produser tersebut mengatakan bahwa produser sebagai pendana proyek film juga mesti mengetahui apa yang disuka atau tidak oleh penggemar konten asli yang akan digarap ulang, terutama bila setenar konten asal Korea Selatan.
Menurut Pepo, ketidaksukaan dan kritikan dari penggemar sebenarnya adalah respons atas film tersebut di luar kuasa sineas, pemain, atau pun produser, lantaran film yang sudah ditayangkan otomatis menjadi konsumsi publik.
Baca juga : Apa Itu YouTube Usang? Notifikasi yang Tiba-tiba Muncul dan Cara Mudah Mengatasinya
Meskipun, ia sendiri menilai bahwa respons dan ulasan dari sebuah film membuat karya tersebut menjadi hidup dan tanda positif dari aspek perkembangan ekosistem kreatif film.
Namun bila mengacu pada aspek bisnis yang orientasinya adalah mengeruk keuntungan, faktor "penonton adalah raja" tak bisa dipungkiri keberadaannya.
Apalagi, konten yang diadaptasi memiliki basis penggemarnya tersendiri yang bukan hanya khatam akan konsep karyanya, tetapi menyerap unsur-unsur budaya dari tempat asal konten itu.
Menurut Satrio, para penggemar ini akan menjadi kritis terhadap gagasan proyek remake tersebut karena sudah memiliki pemahaman, pengalaman, hingga interpretasi tersendiri atas konten aslinya.
"Dalam aspek ekonomi industri, produser wajib sebenarnya memahami bagaimana, apa yang disuka oleh penonton, apa yang di dalam kepala penonton, dan apa yang mungkin satu pemikiran dengan penonton secara pemaknaan," papar Satrio.
"Kalau kita lihat film ini [A Business Proposal], film ini mengandalkan penontonnya. Ini bukan film yang dibuat secara kualitas untuk menghadirkan ke festival-festival film yang terlepas dari konsep-konsep ekonomi dan sebagainya," jelasnya.
"Nah ketika sudah ada beban secara ekonomi, maka penonton bisa sebagai raja pada film ini. Ketika si 'raja-raja' ini menolak dengan istilah cancel culture, maka film ini akan terdampak tidak disukai, ya karena 'raja-raja' ini sudah paham soal budaya [dari konten asalnya]," kata Satrio Pepo.
"Kalau kita mencoba mengadaptasi, meniru-tiru, maka akan ada penilaian baik atau buruknya, dan [produser] itu mesti siap untuk mendapatkan hal demikian, nah pembelajarannya seperti itu." tutupnya.
Baca juga : Mengenal Hailuo AI: Aplikasi Di Balik Video Kungfu AI yang Sedang Viral
Film A Business Proposal versi Indonesia yang digarap oleh Falcon Pictures dan dibintangi Ariel Tatum serta Abidzar Al Ghifari flop setelah gelombang boikot dan cancel dari para penggemar konten aslinya.
Para penggemar webtoon dan drama Korea A Business Proposal menyerukan boikot karena Abidzar Al Ghifari yang dianggap tidak cocok sebagai pemeran utama, dan perilakunya yang dinilai arogan dan menghina penggemar saat menanggapi kritikan tersebut.
Imbasnya, angka penonton A Business Proposal melempem pada dua hari pertama. Minim penonton tersebut membuat bioskop secara perlahan tapi pasti memangkas layar dan berujung peluang film ini mendapatkan penonton menyempit.
Kemungkinan turun layar itu pun menjadi semakin besar jika tren film lain meningkat, seperti Petaka Gunung Gede hingga 1 Kakak 7 Ponakan yang masih mendulang angka penonton.
Di sisi lain, film blockbuster seperti Captain America: Brave New World juga berpotensi 'melahap' A Business Proposal saat mulai tayang pada 12 Februari 2025.
DB Klik - Toko Komputer Surabaya yang terpercaya di Indonesia. Menjual berbagai macam kebutuhan elektronik yang lengkap seperti laptop, gadget, gaming, lifestyle, dan aksesoris. Belanja kebutuhan elektronik yang lengkap dan hemat langsung melalui Website DB Klik, Dijamin Berkualitas.
Ikuti media sosial DB Klik untuk mendapatkan berita terbaru, diskon, promo, dan event menarik lainnya dari kami.
Join sebagai subscriber email di DB Klik untuk mendapatkan info kupon diskon.